Sekolah di Masa Pasca–Pandemi
Berdasarkan salah satu artikel yang diterbitkan oleh Kompas pada bulan November 2021, disebutkan bahwa pandemi Covid-19 telah melumpuhkan berbagai sektor, tidak terkecuali pendidikan. Namun, pandemi juga membawa inovasi dalam dunia pendidikan, yaitu kombinasi model pembelajaran tatap muka dan daring. Penggunaan Learning Management System (LMS) menjadi semakin umum sebagai salah satu kebutuhan dari kombinasi kedua model pembelajaran tersebut.
Namun, bagaimana relevansi penggunaan LMS di masa pasca-pandemi? Apakah sekolah masih memerlukan LMS saat sebagian besar pembelajaran dilakukan secara tatap muka? Dalam artikel ini akan dijelaskan bagaimana mentransformasi sekolah Anda dengan penggunaan LMS.
Menerapkan Pembelajaran Berdiferensiasi
Pembelajaran berdiferensiasi adalah strategi pembelajaran yang menyesuaikan metode, materi, dan evaluasi untuk memenuhi kebutuhan dan gaya belajar individu murid. Dalam strategi pembelajaran berdiferensiasi, guru menyesuaikan pembelajaran agar sesuai dengan kemampuan, minat, dan gaya belajar murid.
Adanya LMS dapat mendukung terwujudnya pembelajaran berdiferensiasi. Hal ini karena LMS dapat membantu murid untuk belajar dengan cara yang paling cocok untuk mereka, baik melalui video, audio, maupun teks. Selain itu, murid juga dapat belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka, tanpa harus menunggu murid lain yang lebih lambat atau terlalu cepat.
Sebagai contoh, seorang guru Matematika memiliki murid dengan kemampuan yang berbeda-beda. Beberapa murid telah menguasai konsep dasar Matematika dengan baik, sementara beberapa murid lain membutuhkan bantuan tambahan untuk memahami konsep tersebut. Dalam situasi seperti ini, guru dapat menggunakan LMS untuk mempersonalisasi pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu murid.
Guru dapat membuat materi pembelajaran Matematika yang berbeda-beda, mulai dari materi yang lebih mudah hingga materi yang lebih sulit, serta membaginya ke dalam berbagai format, seperti video, audio, dan teks. Selain itu, guru juga dapat membuat latihan dan tugas yang berbeda-beda, yang sesuai dengan kemampuan murid; murid yang sudah menguasai konsep dasar Matematika dengan baik dapat mengerjakan tugas yang lebih sulit, sedangkan murid yang masih membutuhkan bantuan dapat mengerjakan tugas yang lebih mudah.
Mengadopsi Teknologi Terintegrasi
Kedua, transformasi sekolah diwujudkan dengan sistem dan teknologi terintegrasi. Bayangkan sebuah sekolah dengan sistem yang terintegrasi sepenuhnya, mulai dari manajemen kurikulum, kelas, pembelajaran, asesmen, hingga aspek operasional seperti penerimaan murid baru dan pembayaran. Seluruh proses di dalam sekolah dapat dilakukan secara efektif dan efisien, mempercepat pencapaian tujuan pendidikan.
Sebagai contoh, Guru Kreator Enterprise (GKE) merupakan salah satu contoh teknologi terintegrasi yang dapat membantu mentransformasi sekolah dengan mengintegrasikan teknologi pada aktivitas akademik dan operasional. Dengan menggunakan GKE, sekolah dapat melakukan manajemen kelas, tugas, jadwal, dan penilaian, serta hal-hal lain yang dapat membantu pengelolaan dan pelayanan pendidikan di sekolah.
Kesimpulan
Jadi, transformasi sekolah dapat dilakukan dengan dua cara utama, yaitu pembelajaran berdiferensiasi dan pengadopsian teknologi terintegrasi. Penggunaan LMS, seperti Guru Kreator Enterprise (GKE), dapat membantu mendukung pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah, sehingga murid dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih personal dan relevan dengan kebutuhan mereka. Dengan demikian, LMS ini dapat membantu mentransformasi sekolah menjadi lebih efektif dan efisien, serta membantu meningkatkan kualitas pendidikan demi persiapan murid untuk masa depan yang semakin serba digital.
Referensi
Tantangan Guru Pasca Pandemi Covid-19, Pemahaman Siswa Menurun? (November, 2022). KOMPAS.tv. https://www.kompas.tv/article/294157/tantangan-guru-pasca-pandemi-covid-19-pemahaman-siswa-menurun